Minggu, 29 Januari 2012

AKU DAN KEONG

Tuhan memberiku sebuah tugas, yaitu mengajak keong jalan-jalan. Apabila Tuhan berkehendak maka mutlak aku tak dapat menghindari walau akau belum tahu maksudnya. Aku berjalan Berendeng dengan Keong yang merangkak perlahan-lahan, perlahan sekali sehingga Aku harus mengikutinya dengan langkah kecil bahkan harus berhenti dahulu.


Kakiku terasa pegal, aku piki ini tak benar dan tak rasional, perasaanku tak nyaman, aku kecewa, aku mendesak, menghardik, memarahinya, keong memandangku dengan pandangan meminta maaf, serasa berkata, "Aku sudah berusaha dengan segunap tenagaku, maafkan aku jika memperlambat langkahmu..."

Aku menariknya, menyeretnya, bahkan menendangnya, Keong terluka. Ia mengucurkan keringat, nafas tersengal-sengal, merangkak ke depan.

Sungguh aneh, mengapa Tuhan memintaku mengajak seekor binatang lambat, super lambat, seperti Keong berjalan-jalan? Ya Tuhan! Mengapa? Langit sunyi-senyap...

Biarkan saja Keong merangkak di depan, aku kesal di belakang, pelankan langkah, tenangkan hati dan bersabar.

Dalam ketenangan hati dan kesabaran, tiba-tiba tercium aroma bunga, angin sepoi-sepoi, ternyata angin malam demikian lembut. Ada lagi! Aku mendengar kicau burung, Aku lihat langit penuh bintang cemerlang. Oh? Mengapa dulu tak kurasakan semua ini? Barulah Aku teringat, mungkin Aku telah salah menduga.


Gemercik air dan gemerisik dedaunan yang beradu satu sama lainditiup angin yang lembut membuatku merasa nyaman dan tentram. Aku baru menyadari ternyata Tuhan meminta Keong menuntunku jalan-jalan agar Aku dapat memahami dan merasakan keindahan taman ini yang tak pernah kualami jika ku berjalan seorang diri dengan cepatnya.




semua ciptaan Tuhan mengandung keindahan
tapi hanya segelintir orang yang dapat melihatnya
- Confucius -


tiadalah mereka melakukan perjalanan di muka bumi, 
sehingga mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka merasa,
dan mempunyai telingan yang dengan itu mereka mendengar?
Sungguh, bukanlah matanya yang buta, tetapi butalah hatinya,
yang ada dalam rongga dadanya
- Q. S. Al-Hajj : 46 -




dikutip dari : Road to Happiness
MAKNA KEHILANGAN

Chung Tzu mencatat bahwa ketika orang ingin melihat bayangan mereka, mereka tidak melihat pada permukaan air yang mengalir, tapi mereka melihat pada permukaan air yang tenang.

Itu sebabnya orang-orang bermeditasi dengan cara naik ke gunung. Agama pun mengajarkan, jika Anda ingin berdoa, masuklah ke dalam kamar dan kuncilah.

Lewat keheningan, kita akan menemukan jati diri, bukan pada keramaian. Maka, saat intrapeksi diri, bicaralah paa hati kecil. Dengan melibatkan hati, Anda akan menemukan petunjuk yang terbaik.

Dalam ruang keheningan, jangan pikirkan tembok-tembok yang membatasi, jangan pikirkan benda-benda di dalamnya, tetapi ukurlah diri Anda. Dalam keheningan Tuhan akan menyapa Anda, Sambutlah dengan hati yang ikhlas.





Pesan : Pahami ini : dengan menyediakan waktu luang bagi diri sendiri, Anda akan mencapai suatu kondisi personal yang memelihara serta melatih mental spiritual Anda.



jika anda berada dalam sebuah ruang
benar-benar dalam sebuah ruang,
tanpa batas penyekat, tanpa isi, hanya diri anda,
itu lah kebahagiaan.
- Jeny Joan - 

dikutip dari : 101 Cermin Inspiratif